Januari 23, 2009

Agar Keluarga Kita Menjadi Penghuni Surga

23 Januari 2009

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal ” (QS Ali Imran (3):133-136).

Surga? Tak satupun manusia yang tidak ingin surga. Namun, tidak semua manusia mau menyifati dirinya dengan sifat-sifat penghuni surga.

Surga, sebuah kata yang mampu mengobarkan semangat perjuangan generasi terbaik, para shahabat radhiyallahu ‘anhum agar dapat menjadi peghuninya, meski harus mengobarkan nyawa untuk meraihnya.

Namun, surga tidak gratis. Untuk memasukinya harus dengan tiket. Dan tiket masuknya adalah takwa dalam artian yang luas.

Kriteria Penghuni Surga

Ayat di atas memaparkan kriteria-kriteria orang yang bertakwa yang akan menghuni surga, yaitu :

1. Menafkahkan harta di waktu lapang maupun sempit

Salah satu cirri penghuni surga adalah ia suka berbagi. Selalu bersemangat untuk menafkahkan hartanya dalam kondisi apapun. Kelapangan tidak membuatnya sombong dan lupa terhadap saudaranya yang membutuhkan. Kesempitan tidak menjadikannya patah semangat berbagi dan banyak berkeluh kesah. Nilai-nilai takwa yang tertancap di hatinya mampu merobohkan kekokohan ‘tembok’ syahwat harta dan menghancurkan benih-benih kekikiran yang menyelimuti hati.

Karenanya menghidupkan ruhul ‘atha’ (semangat memberi/berbagi) dalam kehidupan rumah tangga adalah sebuah keniscayaan jika kita mengharapkan keluarga kita menjadi penghuni surga.

2.

Menahan amarah

Salah satu ciri penghuni surga adalah ia suka berbagi. Selalu bersemangat untuk menafkahkan hartanya dalam kondisi apapun. Kelapangan tidak membuatnya sombong dan lupa terhadap saudaranya yang membutuhkan. Kesempitan tidak menjadikannya patah semangat berbagi dan banyak berkeluh kesah. Nilai-nilai takwa yang tertancap di hatinya mampu merobohkan kekokohan ‘tembok’ syahwat harta dan menghancurkan benih-benih kekikiran yang menyelimuti hati.

Karenanya menghidupkan ruhul ‘atha’ (semangat memberi/berbagi) dalam kehidupan rumah tangga adalah sebuah keniscayaan jika kita mengharapkan keluarga kita menjadi penghuni surga.

Hanya pancaran sinar takwa yang mampu meredam dan meredupkan ‘nyala’ marah. Keperkasaan seseorang tidak ditandai dengan kekekaran otot tubuhnya, melainkan ditandai dengan “ kemampuan untuk mengendalikan diri di saat marah ” sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim (Tafsir Ibnu Katsir I/436).

3. Mema’afkan kesalahan orang

Seseorang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan oran g lain bukan saja menjadi hamba yang mulia dalam perspektif Robani dan Nabawi, tetapi juga disukai oleh sesama, termasuk keluarga.

Karenanya pantas ia menjadi penghuni surga di akhirat sebab ia telah menghadirkan surga dalam kehidupannya di dunia.

4. Apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, tidak meneruskan perbuatan kejinya itu lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka

Orang yang bertakwa, calon penghuni surga bukanlah malaikat yang tanpa dosa. Ia manusia biasa, melekat padanya seluruh atribut kemanusiaannya. Hanya saja dominasi nilai-nilai positif (takwa) dalam dirinya mampu menjadikannya menjadi oran g cerdas dalam membaca situasi sehingga mengetahui benar apa yang mesti ia perbuat.

Selama seseorang ingat Allah, selama di hatinya terdapat deringan dzikir, dan selama di dalam ruhnya terdapat percikan istigfar, maka akan terbit kembali cahaya yang memancarkan sinar terangnya ke seluruh relung jiwa. Sehingga menyemangati pemiliknya untuk membuka lembaran-lembaran hidup baru dalam naungan ridha Illahi.

Agar seluruh anggota keluarga kita menjadi penghuni surga, kita harus mengerahkan seluruh waktu, tenaga, kemampuan dan harta kita untuk mengkondisikan, mendidik dan membina mereka sehingga mereka memiliki kriteria-kriteria tersebut di atas. Namun, semua itu perlu waktu dan harus kontinyu. Tidak semudah membalik telapak tangan. Wallahu a’alam bish showab

Dikutip dari Ummi No.4/XVII Agustus 2006


1 Komentar:

Pada 22 Februari 2009 pukul 21.28 , Blogger Unknown mengatakan...

hmmm...,bener tuh bu....
mema'af kan dan nggak boleh marah apalagi ngambek....:)

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda